PERBEDAAN RERANGKA PENGENDALIAN INTERNAL COSO DAN COBIT


BAB I

PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Pengendalian internal mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Pengendalian internal dapat melindungi aset perusahaan dan mencegah serta mendeteksi adanya kecurangan dalam perusahaan. Untuk mencapai tujuan organisasi harus mempunyai pengendalian internal yang baik. Pengendalian Internal adalah proses di dalam entitas (organisasi, termasuk perusahaan), dipengaruhi oleh dewan komisaris (atau dewan pengawas serupa), manajemen, dan personel lainnya, dirancang untuk memberikan jaminan yang layak agar entitas mencapai tujuan-tujuannya. COSO dan COBIT merupakan kerangka atau framework yang banyak digunakan untuk pengendalian internal tersebut. Oleh karena itu, penting untuk diketahui lebih mendalam mengenai kedua framework tersebut.







BAB II

PEMBAHASAN


2.1         COSO

2.1.1    Pengertian dan Sejarah Perkembangan COSO

Pada tahun 1970-an, marak terjadi tindak korupsi di Amerika. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, sektor eksekutif-legislatif, SEC (Securities Exchange and Commission) dan US Congress membentuk FCPA dengan tujuan untuk melawan fraud dan korupsi yang sedang marak tersebut, kemudian dibentuklah Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway

Commission, atau disingkat COSO, adalah suatu inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985 yang disponsori oleh 5 asosiasi profesional yaitu:

       AICPA (The American Institute of Certified Public Accountants),

       AAA (The American Accounting Association),

       FEI (Financial Executives International),

       IIA (The Institute of Internal Auditors), dan

       IMA (The Institute of Management Accountants)

Koalisi ini didirikan untuk menyatukan pandangan dalam komunitas bisnis berkaitan dengan isu-isu pelaporan keuangan yang mengandung fraud. Tujuan dari COSO adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurangi kejadian tersebut. COSO telah menyusun suatu definisi umum untuk pengendalian, standar, dan kriteria internal yang dapat digunakan perusahaan untuk menilai sistem pengendalian mereka.

Misi utama dari COSO adalah untuk menghadirkan panduan bagi pasar global dalam penyelenggaraan organisasi yang baik melalui pengembangan kerangka kerja komprehensif dan pengawasan terhadap 3 subyek yang saling berhubungan: pengendalian internal, Enterprise Risk Management (ERM), dan pencegahan fraud. COSO melakukan studi atas ketiga hal tersebut dengan perkembangan sebagai berikut:


       1992

Untuk mengevaluasi kontrol internal, pada tahun 1992 COSO mempublikasikan sebuah kerangka kerja pengendalian internal (Internal Control - Integrated Framework) yang menjadi pedoman bagi para eksekutif, dewan direksi, regulator, penyusun standar, organisasi profesi, dan lembaga lainnya sebagai kerangka kerja yang komprehensif untuk mengukur pengendalian internal.

       1996

Menerbitkan Internal Control Issues in Derivatives Usage untuk menggantikan kerangka kerja yang dipublikasikan pada tahun 1992 yang sudah usang.

       1999

Mengeluarkan hasil studi pencegahan fraud, Fraudulent Financial Reporting: 1987-1997.

       2004

Menerbitkan panduan terkait ERM bernama Enterprise Risk Management-Integrated Framework.

       2006

Menerbitkan Internal Control over Financial Reporting-Guidance for Smaller Public Companies untuk menggantikan kerangka kerja yang dipublikasikan pada tahun 1996.

       2009

Menerbitkan Guidance on Monitoring Internal Control Systems untuk menggantikan kerangka kerja yang terbit tahun 2006. (Berlaku efektif 15 Desember 2014).

       2010

Mengeluarkan hasil studi pencegahan fraud kedua, Fraudulent Financial Reporting: 1998- 2007.

       2013

Merivisi dan menerbitkan kembali Internal Control - Integrated Framework. (Berlaku efektif 15 Desember 2014).





2.1.2    COSO    Internal   Control   Integrated    Framework    1992   dan   COSO

Internal Control Integrated Framework 2013

Pada tahun 1992 COSO menyusun dan menerbitkan internal control integrated framework yang berisi rumusan definisi pengendalian intern, pedoman penilaian, serta perbaikan terhadap sistem pengendalian intern yang penggunaannya mencakup penentuan tujuan pengendalian, pelaporan keuangan, dan proses kontrol operasional dalam konteks organisasional, sehingga perbaikan dan kontrol dapat dilakukan secara menyeluruh.















2.1 Gambar COSO Internal Control (1992)


COSO mendefinisikan IC (Internal Control) 1992 adalah “Internal control is process, affected by entility’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories: Effectiveness and efficiency of operations, Realibillty of Financial Reporting, and Compliance with Applicable laws and regulations”. Definisi ini sengaja dibuat secara luas agar dapat menangkap konsep yang penting mengenai bagaimana suatu organisasi merancang, mengimplementasikan, melaksanakan IC (Internal Control), dan menilai efektivitas dari sistem pengendalian internal, serta memberikan dasar dalam pengaplikasiannya di berbagai tipe organisasi. Berdasarkan gambar dimensi sisi kubus yang terlihat, sisi atas mencerminkan tujuan, sisi muka mencerminkan komponen, dan sisi samping mencerminkan ruang lingkup penerapan pengendalian internal.


Tujuan dari IC (Internal Control) terdiri dari operations, Financial reporting, dan compliance dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.      Operasional (Operation)

Pengendalian internal untuk mencapai tujuan operasional dilakukan agar sumber daya yang tersedia digunakan secara efektif dan efisien.

2.        Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)

Pengendalian internal pada bagian pelaporan keuangan dilakukan agar laporan yang dihasilkan dapat diandalkan.

3.      Kepatuhan (Compliance)

Pengendalian internal dengan tujuan kepatuhan dilakukan agar dapat menjaga

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengendalian  internal    (IC/  Internal  Control)     dievaluasi  pada   2  (dua)

tingkatan yang berbeda, yaitu:

1.      Tingkat Entitas (Entity Level Focus)

Pengendalian dilakukan terhadap suatu lingkup pengawasan yang mencakup keseluruhan entitas.

2.      Tingkat Aktivitas (Activity Level Focus)

Pengendalian pada tingkat ini dilakukan terhadap setiap kegiatan, proses, ataupun transaksi yang dilakukan.

Selain tujuan dan dimensi, IC (Internal Control) juga memiliki 5 (lima) komponen. Komponen dalam IC (Internal Control) adalah sebagai berikut:.

1.      Control Environment

Lingkungan pengendalian adalah rangkaian standar, proses, dan struktur yang menjadi dasar dalam pelaksanaan IC (Internal Control) di seluruh organisasi.

2.      Risk Assessment

Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko untuk mencapai tujuan, serta membentuk dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola.

3.      Control Activities

Aktivitas Pengendalian merupakan tindakan yang ditetapkan dengan prosedur dan kebijakan untuk meyakinkan bahwa manajemen telah mengarah untuk memitigasi risiko dalam rangka pencapaian tujuan.

4.      Information and Communication

Informasi diperlukan dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab IC (Internal Control)- nya dalam rangka pencapaian tujuan. Sedangkan komunikasi terjadi baik secara internal maupun eksternal dengan menyediakan informasi yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan IC (Internal Control) sehari-hari.

5.      Monitoring Activity

Evaluasi berkelanjutan, terpisah, atau kombinasi keduanya untuk memastikan seluruh komponen IC (Internal Control) ada dan berfungsi.

Pada tanggal 14 Mei 2013, COSO merilis versi terbaru dari Kerangka Pengendalian Internal. Kerangka baru COSO adalah hasil dari proyek multi tahunan yang signifikan, termasuk dua putaran paparan publik untuk meninjau, menyegarkan, dan memodernisasi kerangka asli dengan memastikannya tetap relevan. COSO IC (Internal Control) 2013 secara prinsip masih mempertahankan definisi pengendalian intern tahun 1992. COSO mendefinisikan IC (Internal Control) 2013 adalah “Process, effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting, and compliance”.






















2.2 Gambar COSO Internal Control (1992 dan 2013)








Pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu proses di dalam organisasi (entitas) yang dipengaruhi oleh dewan pengawas (board), manajemen, dan personel lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bagi pencapaian tujuan organisasi. Perbedaan dari kerangka tahun 1992, yaitu:

       Kerangka asli termasuk diskusi panjang konsep pengendalian internal, yang sekarang pengetahuan institusional.

       Meskipun konsep prinsip-prinsip pengendalian internal telah tertanam dalam kerangka asli, prinsip tersebut belum terinci.

       Praktisi telah menggunakan kerangka pengendalian internal atas pelaporan keuangan Eksternal

Pada sisi tujuan inilah terjadi sedikit mengalami perubahan. Tujuan yang mengalami perubahan atau tepatnya perluasan ruang lingkup dari COSO IC 1992 adalah tujuan operasi dan pelaporan. Tujuan dari IC (Internal Control) 2013 terdiri dari operations, reporting, dan compliance, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.      Operation Objectives

Tujuan operasional terkait dengan pencapaian visi, misi, dan tujuan didirikannya entitas. Tujuan ini terkait dengan peningkatan financial performance, produktivitas, kualitas, enviromental practices, return of assets, dan likuiditas.

2.      Reporting Objectives

Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyusunan laporan untuk digunakan oleh organisasi dan stakeholders dalam hubungannya dengan pelaporan finansial/ non-finansial serta pelaporan eksternal/ internal.

3.      Compliance Objectives

Aturan dan hukum merupakan standar minimal dari perilaku organisasi. Organisasi diharapkan akan menggabungkan standar tersebut ke dalam tujuan dari entitas, bahkan organisasi dapat menetapkan standar yang lebih tinggi daripada yang ditetapkan oleh hukum dan peraturan.


Kerangka pengendalian internal tahun 2013 masih menggunakan tiga kategori tujuan tersebut diatas dan terdiri dari lima komponen terpadu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Kerangka tersebut terus beradaptasi, dan memungkinkan kita untuk mempertimbangkan pengendalian internal dari entitas, divisi, unit operasi, dan/ atau tingkat fungsional.


2.1.3    COSO Enterprise Risk Management

Pada tahun 2004, COSO mengembangkan internal control integrated framework dengan menambahkan cakupan tentang manajemen dan strategi risiko yang selanjutnya dikenal dengan pendekatan interprise risk management (ERM). COSO ERM merupakan pengembangan dari kerangka kerja COSO untuk pengendalian internal yang diterbitkan pada tahun 1992.















2.3 Gambar COSO Enterprise Risk Management

Kerangka kerja COSO ERM terdiri atas delapan komponen yang saling terkait sebagai berikut:

1.      Lingkungan internal (internal environment)

Mengidentifikasi kondisi internal perusahaan, meliputi kekuatan dan kelemahannya, serta pandangan entitas terhadap risiko dan manajemen risiko.

2.      Penentuan sasaran (objective setting)

Sasaran kegiatan manajemen risiko harus sejalan dengan sasaran dari perusahaan, serta konsisten dengan risk appetite perusahaan.

3.      Identifikasi peristiwa (event identification)

Kejadian internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan harus diidentifikasi, meliputi risiko dengan kesempatan yang dapat muncul.
4.      Penilaian risiko (risk assessment)

Risiko dianalisis berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Hasil analisis risiko akan dijadikan dasar untuk menentukan perlakuan risiko.

5.      Tanggapan risiko (risk response)

Terdapat empat alternatif pada perlakuan risiko, yaitu menghindari (avoidance), menerima (acceptance), mengurangi (reduction), dan membagi risiko (sharing). Pemilihan perlakuan risiko dilakukan dengan membandingkan hasil analisis risiko dengan risk appetite dan risk tolerance.

6.      Aktivitas pengendalian (control activities)

Membangun dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur untuk memastikan perlakuan risiko diterapkan dengan efektif.

7.      Informasi dan komunikasi (information and communication)

Informasi yang relevan diidentifikasi, diperoleh, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang tepat agar personil dapat melakukan tanggung jawabnya dengan baik.

8.      Pemantauan (monitoring)

Seluruh kegiatan ERM harus dipantau, dievaluasi dan dikembangkan. Menurut kerangka tersebut, pengendalian intern merupakan bagian

integral dari manajemen risiko. Struktur pengendalian internal COSO dikenal sebagai kerangka kerja pengendalian internal yang terintegrasi dan memiliki lima komponen yang saling berhubungan. Secara garis besar, COSO menghadirkan suatu kerangka kerja yang integral terkait dengan definisi pengendalian intern, komponen-komponennya dan kriteria pengendalian intern yang dapat dievaluasi. Komponen ini didapat dari cara manajemen dalam menjalankan bisnisnya dan terintegrasi dengan proses manajemen. Komponen pengendalian COSO antara lain meliputi:

1.      Lingkungan Pengendalian Tindakan atau kebijakan manajemen yang mencerminkan sikap manajemen puncak secara keseluruhan dalam pengendalian manajemen.
2.      Penilaian Risiko Tindakan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang relevan dalam penyusunan laporan keuangan dan perusahaan secara umum.

3.      Aktivitas Pengendalian Kebijakan dan prosedur, selain yang sudah termasuk dalam empat komponen lainnya, yang membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani risiko guna mencapai tujuan entitas.

4.      Informasi dan Komunikasi Tindakan untuk mencatat, memproses dan melaporkan transaksi yang sesuai untuk menjaga akuntabilitas.

5.      Pemantauan Penilaian terhadap mutu pengendalian internal secara berkelanjutan maupun periodik untuk memastikan pengendalian internal telah berjalan dan telah dilakukan penyesuaian yang diperlukan sesuai kondisi yang

ada.


Tujuan setiap komponen COSO adalah:

1.      Lingkungan pengendalian menyediakan arahan bagi organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari pihak-pihak yang ada dalam organisasi tersebut.

2.      Dalam penaksiran risiko untuk mencapai tujuan yaitu membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.

3.      Aktivitas pengendalian untuk menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan dan membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas.

4.      Perlunya untuk mengakses informasi dari dalam dan luar, mengembangkan strategi yang potensial dan sistem terintegrasi, serta perlunya data yang berkualitas. Sedangkan komunikasi berfokus kepada menyampaikan permasalahan pengendalian intern, dan mengumpulkan informasi pesaing.

5.      Pemantauan menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu, metode yang digunakan oleh entitas untuk mengirimkan, mengolah, memelihara, dan mengakses informasi, serta penerapan persyaratan hukum dan peraturan.


2.1.4    Penggunaan COSO

Pihak-pihak yang terlibat dalam penggunaan COSO adalah dewan komisaris, manajemen, dan pihak-pihak lainnya yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Manajemen bertanggung jawab atas penetapan, penjagaan, dan pengawasan sistem pengendalian intern. COSO mengasumsikan bahwa entitas telah menetapkan sendiri dari tujuan aktivitas operasinya, namun COSO mengidentifikasi tiga tujuan utama dari entitas, yaitu:

       Efektivitas dan efisiensi operasi,

       Laporan keuangan yang andal,

       Kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku.

Fokus utama COSO adalah:

       Fokus pengguna utama adalah manajemen.

       Sudut pandang atas internal control adalah kesatuan beberapa proses secara umum.

       Tujuan yang ingin dicapai adalah pengoperasian sistem yang efektif dan efisien serta pelaporan laporan keuangan yang andal.

       Komponen yang dituju adalah pengendalian atas lingkungan, manajemen risiko, pengawasan serta pengendalian atas aktivitas informasi dan komunikasi.

       Pertanggungjawaban atas sistem pengendalian ditujukan kepada manajemen.



2.2         COBIT

2.2.1     Pengertian dan Sejarah Perkembangan COBIT

COBIT merupakan singkatan dari Control Objective for Information and Related Technology, adalah sebuah kerangka kerja yang dibuat oleh ISACA (Information Systems Audit and Control Association) untuk Information Technology management dan Information Technology governance. Berikut perjalanan waktu perkembangan COBIT:






       1996

ISACA (Information Systems Audit and Control Association) merilis sebuah rangkaian alat pengendalian objektif untuk aplikasi bisnis, yaitu COBIT 1.0.
       1998

COBIT 2.0 rilis yang dilengkapi dengan rangkaian alat implementasi dan pengendalian objektif level tinggi yang detail.

       2000

COBIT 3.0 dirilis dengan menyertakan panduan bagi manajemen.

       2002

Sarbanes-Oxley Act ditetapkan sebagai peraturan atau hukum federal Amerika yang memberikan dampak pada meningkatnya penggunaan COBIT di Amerika.

       2003

Muncul versi online dari COBIT.

       2005

COBIT 4.0 rilis

       2007

COBIT 4.1 rilis

       2012

COBIT 5.0 rilis, merupakan integrasi dari COBIT 4.1, Val IT 2.0 dan Risk IT frameworks, dan juga menghilangkan secara signifikan terkait bisnis model untuk informasi keamanan dan ITAF. Kemudian pada bulan Desember dirilis tambahan (add-on) dokumen terkait informasi keamanan.

       2013

Rilis add-on kedua untuk COBIT 5.0 untuk asuransi.

COBIT adalah alat pendukung yang digunakan oleh manajer untuk menjembatani kesenjangan antara persyaratan kontrol, masalah teknis, dan risiko bisnis. COBIT dibuat untuk 3 pengguna yang antara lain yaitu manajer, user, dan auditor. COBIT memiliki beberapa komponen yang antara lain meliputi:

       Executive summary

       Framework

       Control objective

       Audit guidelines

       Management guidelines

       Control practices


2.2.2     Penggunaan COBIT

COBIT  dirancang  untuk  digunakan  oleh  tiga  pengguna  yang  berbeda

yaitu:

1.      Manajemen

Untuk membantu mereka menyeimbangkan antara risiko dan investasi pengendalian dalam sebuah lingkungan IT yang sering tidak dapat diprediksi.

2.      User

Untuk memperoleh keyakinan atas layanan keamanan dan pengendalian IT yang disediakan oleh pihak internal atau pihak ketiga.

3.      Auditor

Untuk mendukung/memperkuat opini yang dihasilkan dan memberikan saran kepada manajemen atas pengendalian intern yang ada.


Tujuan pada setiap komponen COBIT adalah:

1.      Planning and Organization

Domain ini mencakup strategi dan taktik, dan perhatian atas identifikasi bagaimana IT secara maksimal dapat berkontribusi dalam pencapaian tujuan bisnis. Selain itu, realisasi dari visi strategis perlu direncanakan, dikomunikasikan, dan dikelola untuk berbagai perspektif yang berbeda.

2.      Acquisition and Implementation

Untuk merealisasikan strategi IT, solusi TI perlu diidentifikasi, dikembangkan atau diperoleh, serta diimplementasikan, dan terintegrasi ke dalam proses bisnis. Selain itu, perubahan serta pemeliharaan sistem yang ada harus di cakup dalam domain ini untuk memastikan bahwa siklus hidup akan terus berlangsung untuk sistem-sistem ini.

3.      Delivery and Support

Domain ini memberikan fokus utama pada aspek penyampaian/pengiriman dari IT. Domain ini mencakup area-area seperti pengoperasian aplikasi-aplikasi dalam sistem IT dan hasilnya, serta proses dukungan yang memungkinkan pengoperasian sistem IT tersebut dengan efektif dan efisien. Proses dukungan ini termasuk isu/masalah keamanan dan juga pelatihan.
4.      Monitoring

Semua proses IT perlu dinilai secara teratur sepanjang waktu untuk menjaga kualitas dan pemenuhan atas syarat pengendalian. Domain ini menunjuk pada perlunya pengawasan manajemen atas proses pengendalian dalam organisasi serta penilaian independen yang dilakukan baik auditor internal maupun eksternal atau diperoleh dari sumber-sumber alternatif lainnya.


2.3         Persamaan dan Perbedaan Antara COSO dengan COBIT


2.3.1    Persamaan

       Seluruh tujuan dari framework COSO dan COBIT adalah pengendalian serta pengawasan atas proses dan lingkungan.

       Pertanggungjawaban atas sistem pengendalian ditujukan kepada manajemen.

       Seluruh sistem pelaporan dan prosedur wajib mengikuti aturan yang berlaku.


2.3.2    Perbedaan

INDIKATOR
COSO
COBIT
Fokus pengguna utama
Manajemen
Manajemen, operator, auditor sistem informasi
Sudut pandang atas internal control
Kesatuan beberapa proses secara umum
Kesatuan beberapa proses yang terdiri atas kebijakan, prosedur, penerapan serta struktur organisasi

Tujuan dalam internal control
Pengoperasian sistem yang efektif dan efisien, pelaporan laporan keuangan yang andal serta kesesuaian dengan peraturan yang berlaku
Pengoperasian sistem yang efektif dan efisien, kerahasiaan, kesatuan dan ketersediaan informasi yang dilengkapi dengan sistem pelaporan keuangan yang andal disesuaikan dengan peraturan yang berlaku
Komponen/domain yang dituju
Pengendalian atas lingkungan, manajemen risiko, pengawasan serta pengendalian atas aktivitas informasi dan komunikasi
Perencanaan dan pengorganisasian, pemaduan dan penerapan, pengawasan atas dukungan serta pendistribusian
Fokus pengendalian
Keseluruhan entitas
Sisi teknologi informasi
Evaluasi atas internal control
Ditujukan atas seberapa efektif pengendalian tersebut diterapkan dalam poin waktu tertentu
Ditujukan atas seberapa efektif pengendalian tersebut diterapkan dalam periode waktu yang sudah ditetapkan














2.4         Kasus Audit Aset Tetap

Pada Desember 2006 Indonesia Corruption Watch (ICW) melaporkan kasus dugaan korupsi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam ruislaag (tukar guling) antara asset PT. Industri Sandang Nusantara (ISN), sebuah BUMN yang bergerak di bidang tekstil, dengan asset PT. GDC, sebuah perusahaan swasta. Dalam ruislaag tersebut PT. ISN menukarkan tanah seluas 178.497 meter persegi di kawasan Senayan dengan Tanah seluas 47 hektar beserta Pabrik dan mesin di Karawang.
Berdasarkan hasil temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) semester II Tahun Anggaran 1998/1999, menyatakan ruislaag itu berpotensi merugikan keuangan Negara sebesar Rp. 121,628 miliar.

Kerugian itu terdiri dari kekurangan luas bangunan pabrik dan mesin milik PT. GDC senilai Rp. 63,954 miliar, berdasarkan penilaian aktiva tetap oleh PT. Sucofindo pada 1999; penyusutan nilai asset pabrik milik PT. GDC senilai Rp. 31,546 miliar; dan kelebihan perhitungan harga tanah senilai Rp. 0,127 miliar. Selain itu juga ditemukan bahwa terdapat nilai saham yang belum dibayarkan oleh PT. GDC sebesar Rp. 26 miliar.


SOLUSI :

Seharusnya keputusan Tukar Guling tidak hanya menjadi wewenang salah satu pejabat saja, melainkan melibatkan beberapa pejabat sebagai pengendali dan control yang baik. Selain itu juga diperlukan sebuah aturan baku oleh perusahaan mengenai tukar guling, sehingga kemungkinan penyelewengan menjadi berkurang.
Diperlukan juga control dari lembaga bersangkutan terhadap penelitian tim penilik yang meneliti kelengkapan mengenai status asset, dokumen kelengkapan asset, sehingga tidak ada manipulasi dari nilai asset tersebut serta proses tukar menukar.
Dari kasus diatas dapat dibuktikan bahwa PT. ISN memiliki pengendalian intern yang sangat buruk. Sehingga PT. ISN rawan dicurangi oleh rekanan-rekanan bisnisnya maupun oleh oknum-oknum pejabat perusahaan yang ingin mengambil keuntungan. Oleh karena itu hal pertama yang harus dibenahi oleh PT. ISN adalah soal Pengendalian Internnya.





BAB III

KESIMPULAN


Jadi COSO adalah suatu framework yang merupakan inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurangi kejadian tersebut.

COBIT adalah suatu framework pengendalian intern yang penerapannya berfokus pada teknologi informasi perusahaan untuk menjembatani antara manajemen, auditor, dan pengguna, suatu panduan standar praktik manajemen teknologi.

















































DAFTAR PUSTAKA


Elrafa.wordpress. 2010. “COBIT.” https://elrafa.wordpress.com/2010/03/05/cobit/ (diakses 1 April 2016)

Wikipedia. “COBIT.” https://en.wikipedia.org/wiki/COBIT (diakses 31 Maret 2016)

Coso. “COSO/About Us.” http://www.coso.org/aboutus.htm (diakses 31 Maret 2016)

Elrafa.wordpress. “COSO.” https://elrafa.wordpress.com/2010/03/05/coso/ (diakses 1 April 2016)

Gustiana, Inka. 2014. “Mengenal COSO.” http://inkagustiana.blogspot.co.id/2014/ 11/mengenal- coso_17.html (diakses 31 Maret 2016)

Ridhozulandra.blogspot. 2013. “Sekilas Mengenai COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission).” http://ridhozulandra. blogspot.co.id/2013/10/sekilas-mengenai-coso-committee-of.html (diakses 31 Maret 2016)

PC-history. “The History of COBIT.” http://www.pc-history.org/cob.htm (diakses 31 Maret 2016)





Tatakelola. “Mengenal Internal Control Integrated Framework COSO.” http:// tatakelola.co/sektor-privat/mengenal-internal-control-integrated-framework-coso/ (diakses: 16 Januari 2018)

Klikharso. 2016. “Pengendalian Intern COSO Terbaru.” https:// www.klikharso.com/2016/07/pengendalian-intern-coso-terbaru.html (diakses 16 Januari 2018)

Keuangan LSM. “Definisi Pengendalian Internal Versi COSO.” http:// keuanganlsm.com/definisi-pengendalian-internal-versi-coso/ (diakses 17 Januari 2018)

Hannaauli.blogspot. 2016. “Pebandingan Internal Control COSO.” http:// hannaauli.blogspot.co.id/2016/11/perbandingan-internal-control-coso.html (diakses 17 Januari 2018)

Khikmatulkhasanah.blogspot. 2013. “Kerangka Pengendalian Internal Terpadu.” http://khikmatulkhasanah.blogspot.co.id/2013/12/kerangka-pengendalian-internal-terpadu_11.html (diakses 17 Januari 2018)














Komentar

Postingan Populer