Analisis Biaya Volume Laba
Titik Impas dalam unit (Break Event
Point (BEP))
Merupakan
titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam
kondisi rugi. Atau BEP merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume aktivitas.
Masalah BEP baru akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut
mempunyai Biaya Variabel dan Biaya Tetap. Suatu perusahaan dengan volume
produksi tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan penghasilan penjualannya
hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup sebagian kecil biaya
tetap..BEP ditinjau dari konsep kontribus margin menyatakan bahwa volume
penjualan dimana kontribusi margin sama besarnya dengan total biaya tetapnya.
Manfaat
Analisis Titik Impas
·
Jumlah penjualan minimal harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian;
·
Jumlah penjualan yang harus dicapai
untuk memperoleh keuntungan tertentu;
·
Seberapa jauhkah yang harus dicapai
untuk memperoleh keuntungan tertentu;
·
Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan
agar perusahaan tidak menderita rugi
·
Untuk mengetahu bagaimana efek perubahan
harga jual biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
1. Pendekatan
laba operasi
Laporan
laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-biaya
perusahaan dalam kategori tetap dan variable.Laporan laba rugi dapat dinyatakan
sebagai persamaan berikut.
Laba operasi =
Pendapatan penjualan – Beban variable –Beban tetap
Dalam
persamaan ini, istilah laba operasi digunakan untuk menunjukkan penghasilan
atau laba sebelum pajak penghasilan (taxes). Laba operasi (operating
income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal
perusahaan.Sedangkan, laba bersih (net income) adalah laba operasi dikurangi
pajak penghasilan.Setelah memiliki ukuran unit yang terjual, maka dapat
dikembangkanlah persamaan laba operasi denganmenyatakan pendapatan penjulan dan
beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik,
pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit
yang terjual, dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali
jumlah unit yang terjual. Dengan demikian, persamaan laba operasi menjadi
Laba operasi = (Harga x
Jumlah unit terjual) – (Biaya Variabel per unit x jumlah unit terjual ) – Total
biaya tetap
2. Pendekatan
margin kontribusi
Margin
kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel.
Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian
menjadi laba untuk periode tersebut. Margin kontribusi digunakan dulu untuk
menutup beban tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak
cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk
periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai
dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual.
Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap
biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan
margin kontribusi yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba
yang diharapkan.
3. Target
Keuntungan
Penjualan
Dalam Unit Yang Diperlukan untuk Mencapai Target LabaMeskipun titik impas
merupakan informasi yang berguna, sebagian besar perusahaan ingin memperoleh
laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis cost volume
profit menyediakan suatu cara menentukan jumlah unityang harus dijual
untuk menghasilkan target laba tertentu. Target laba di sini adalah laba
operasi di atas nol (titik impasnya), yang dapat dinyatakan dengan jumlah dolar
atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan. Untuk mencari target laba,
pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan laba operasi atau
pendekatan margin kontribusi.
4. Target
keuntungan setelah pajak
Target
Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan
tidak berperan.Ini disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah
nol. Namun, ketika perusahaan ingin mengetahui berapa unit yang harus dijual
untuk menghasilkan laba bersih tertentu, maka diperlukan beberapa pertimbangan
tambahan.Ingat kembali, bahwa laba bersih adalah laba operasi setelah pajak
penghasilan dan bahwa angka target laba dinyatakan dalam kerangka sebelum
pajak.Dengan demikian, ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih, harus
menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi.Umumnya,
pajak dihitung sebagai persentase dari laba.Laba setelah pajak dihitung dengan
mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).
Titik Impas Dalam Dolar Penjualan
Pada
beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka
menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada
unit yang terjual.Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi
suatu ukuran pendapatan penjualan hanya dengan mengalikan harga jual per unit
dengan unit yang terjual.Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual
dapat secara mudah dikonversi menjadi satu jawaban yang dinyatakan dalam
pendapatan penjualan, tetapi jawaban tersebut bisa dihitung secara lebih
langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan
penjualan.Dalam kasus ini, variabel yang penting adalah dolar penjualan,
sehingga pendapatan maupun biaya variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan
unit.Karena pendapatan penjualan selalu dinyatakan dalam dolar, maka pengukuran
variabel tidak menjadi masalah. Selanjutnya akan dibahas secara lebih mendalam
mengenai biaya variabel dan melihat bagaimana biaya tersebut dapat dinyatakan
dalam ukuran dolar penjualan.Untuk menghitung titik impas dalam dolar
penjualan, biaya variabel didefenisikan sebagi suatu persentase dari penjualan
bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang terjual. Dapat diilustrasikan
mengenai pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variabel dan margin
kontribusi
1. Target
keuntungan
Secara
umum dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan pendapatan
penjualan. Untuk memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh
perubahan pendapatan, kalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan dalam
penjualan.
2. Membandingkan
Kedua Pendekatan
Untuk
pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas
dalam pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per
unit dengan unit yang terjual. Namun ada dua alasan yang membuat manajemen
menggunakan kedua rumus tersebut, yaitu:
a.
Rumus pendapatan penjualan memungkinkan
kita untuk mencari pendapatan secara langsung jika hal tersebut dikehendaki
b.
Pendekatan pendapatan penjualan
jauh lebih mudah untuk digunakan dalam pengaturan multiproduk yang memiliki
harga yang bervariasi.
1)
ANALISIS
MULTI PRODUK
Banyak
perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa. Kompleksitas
konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multi produk, namun
pengoperasiannya tidak berbeda jauh. Terdapat pemisahan beban tetap langsung
dari beban tetap umum. Beban tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat
ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada.
Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan
akan tetap muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.
Mesin Manual Mesin Otomatis Total
Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000
Beban Variabel 380.000 480.000 870.000
Margin Kontribusi $ 90.000 $160.000 $ 250.000
Beban Tetap Langsung 30.000 40.000 70.000
Margin Produk $ 60.000 $120.000 $ 180.000
Beban
Tetap Umum 26.250
Laba Operasi $ 153.750
a.
Titik
Impas dalam Unit
Titik impas dalam unit untuk analisis multi produk
diterapkan secara terpisah ke setiap lini produk. Dengan cara itu, titik impas
individu akan diperoleh jika laba didefinisikan sebagai margin produk.
Ilustrasi
pada kedua produk Whittier Company :
Unit impas mesin manual = Biaya Tetap / Margin Kontribusi
=
$30.000 / $ 75
=
400 unit
Unit impas mesin
otomatis = Biaya Tetap / Margin
Kontribusi
=
S40.000 / $ 200
=
200 unit
Pada contoh diatas, margin produk impas hanya
menutupi biaya tetap langsung, namun biaya tetap umum masih belum
tertutupi.Penjualan kedua produk dalam jumlah tersebut akan menimbulkan
kerugian biaya tetap umum. Perlu dilakukan pengalokasian biaya tetap umum ke
setiap lini produk sebelum menghitung titik impas. Permasalahannya adalah
alokasi biaya tetap umum bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas yang
tampak secara langsung. Kemungkinan pemecahannya adalah mengonversikan masalah
multi produk menjadi masalah produk tunggal. Jika hal ini dapat dilakukan, maka
seluruh metodelogi CVP produk tunggal dapat diterapkan secara langsung. Kunci
dari konversi ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan yang diharapkan
dalam unit dari produk – produk yang dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix)
adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual perusahaan.
Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang akan
dijual atau bagian dari pendapatan. Apabila penjualan direncanakan sebanyak
1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis, maka
bauran penjualan dalam unit adalah 1.200:800 atau 3:2.
Ilustrasi pada kedua produk mesin pemotong rumput
Whittier Company :
Produk Harga Biaya Margin Bauran Margin
Variabel Kontribusi Penjualan Kontribusi
Per
Unit per Unit per Paket
Mesin
Manual $400 $325 $75 3 $225
Mesin
Otomatis 800 600 200 2 400
Total
Paket $625
Dalam proyeksi laba rugi Whittier, total
biaya tetap perusahaan adalah $96.250 sehingga perhitungan titik impasnya
sebagai berikut :
Paket Impas = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Paket
=
$96.250/$625
=
154 Paket
b. Titik Impas dalam Dolar
Penjualan
Titik impas dalam dolar penjualan dapat dihitung
dengan membagi biaya tetap dengan rasio margin kontribusi. Dalam ilustrasi
Whittier Companya, biaya tetapadalah sebesar $96.250 dan rasio margin kontribusi 0,2232
($250.000/$1.120.000) sehingga perhitungan penjualan impas sebagai berikut :
Penjualan Impas = Biaya Tetap / Rasio Margin
Kontribusi
=
$96.250/0,2232
=
$431.228
REPRESENTASI
GRAFIS DARI CVP
Grafik Laba
Volume
Grafik laba
volume (profit-volume graph)
menggambarkan hubungan antara laba dan volume penjualan secara visual. Grafik
laba volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi :
Laba
operasi = (Harga x Unit) - (Biaya Variabel per Unit x Unit) – (Biaya Tetap).
Dalam
grafik ini laba operasi merupakan variabel terikat yang diukur pada sumbu
horizontal dan unit merupakan variabel bebas yang diukur pada sumbu vertikal.
Grafik Biaya
Volume Laba
Grafik biaya volume laba (cost volume-profit graph) menggambarkan hubungan antara biaya,
volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci, perlu
dibuat grafik dengan dua garis terpisah yaitu garis total pendapatan
dan garis total biaya yang disajikan dalam dua persamaan berikut :
Pendapatan
= Harga x Unit
Total
Biaya = (Biaya Variabel per Unit x Unit) + Biaya Tetap
Asumsi
– asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba
Grafik laba volume dan biaya volume laba
mengandalkan beberapa asumsi penting yaitu:
1.
Fungsi Linier
Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi
biaya berbentuk linier. Jika kuantitas yg dijual meningkat pendapatan juga
meningkat, begitu juga dengan biaya, jika kuantitas produk yang dihasilkan
meningkat, maka biaya juga meningkat.
2.
Rentang yang Relevan
Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan
biaya variabel per unit dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan
sepanjang rentang yang relevan. Rentang yang relevan yaitu rentang operasi
berjalan yang menggambarkan hubungan biaya dan pendapatan linier yang berlaku.
3.
Produksi Sama dengan
Penjualan
Analisis mengasumsikan apa yg diproduksi dapat
dijual. Tidak ada perubahan persediaan selama periode tersebut.
4.
Bauran Penjualan yang
Konstan
Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran
penjualan diketahui. Analisis impas multiproduk mensyaratkan suatu bauran
penjualan yang konstan.
5.
Harga dan Biaya
diketahui dengan Pasti
Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara
pasti. Pada kenyataanya perusahaan jarang mengetahui harga, biaya variabel, dan
biaya tetap secara pasti. Suatu perubahan pada satu variabel biasanya
mempengaruhi nilai variable lainnya.
Perubahan Dalam Variabel CVP
Karena
perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, mereka harus memperhatikan
perubahan – perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variable, dan biaya
tetap.Perusahaan juga harus memperhitungkan pengaruh resiko dan ketidakpastian.
Kita akan membahas pengaruh dari perubahan harga, margin kontribusi per unit,
dan biaya tetap terhadap titik impas. Kita juga akan membahas cara – cara yang
dapat ditempuh para manajer untuk menangani risiko dan ketidakpastian dalam
kerangka CVP
1. Memperkenalkan
Risiko dan Ketidakpastian
Asumsi
penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti.Namun,
hal tersebut jarang terjadi.Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari
pengambilan keputusan bisnis dan bagaimananpun hal itu harus ditangani.Secara
formal, risiko berbeda dengan ketidak pastian.Distribusi probabilitas variable
pada risiko dapat diketahui, sedangkan distribusi probabilitas variable pada
ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan pembahasan kita, kedua
istilah tersebut akan digunakan secara bergantian.
2.
Margin pengaman ( margin of safety
)
adalah
unit yang terjual atau diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau
diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas. Margin pengamandapat
dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko.Pada kenyataannya peristiwa yang
tidak diketahui selalu muncul ketika rencana disusun. Hal itu dapat
menurunkan penjualan di bawah jumlah yang diharapkan. Apabila margin pengaman
perusahaan adalah besar atas penjualan tertentu yang diharapkan tahun depan,
maka risikomenderita kerugian jika penjualan menurun lebih kecil daripada
margin pengamannya kecil. Manager yang menghadapi margin pengaman yang rendah
mungkin ingin mempertimbangkan berbagai tindakan untuk meningkatkan penjualan
atau mengurangi biaya.
3.
Pengungkit Operasi,
Dalam
ilmu fisika, alat pengungkit adalah mesin sederhana yang digunakan untuk
melipatgandakan kekuatan.Pada dasarnya, pengungkit tersebut melipatgandakan
kekuatan tenaga yang dikeluarkan untuk menghasilkan lebih banyak
pekerjaan.Semakin besar beban yang digerakkan oleh sejumlah tertentu tenaga,
semakin besar keunggulan mekanis dari alat tersebut.Dalam bidang keuangan
pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relative dari biaya tetap dan biaya
variable dalam suatu organisasi.Pertukaran antara biaya tetap dengan biaya
variable adalah suatu hal yang mungkin dilakukan.
Tingkat
pengungkit operasi (degree of operating leverage – DOL) untuk
tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin
kontribusi terhadap laba.
Tingkat
pengungkit operasi = Margin kontribusi/laba
4. Analisis
Sensitivitas dan CVP
Meluasnya
penggunaan computer dan spreadsheet telah memudahkan para manajer melakukan
analisis sensitivitas.Sebagai sebuah alat penting, analisis sensitivitas
(sensitivity analysis) adalah teknik “bagaimana-jika” yang menguji dampak dari
perubahan asumsi –asumsi yang mendasarinya terhadap suatu jawaban.
ANALISIS CVP DAN PERHITUNGAN BIAYA
BERDASARKAN AKTIVITAS
Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat
dikelompokkan dalam dua kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume
penjualan (biaya variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap).
Selanjutnya biaya diasumsikan sebagai fungsi linier dari volume penjualan.Pada
sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori
berdasarkan unit dan non-unit.
Persamaan biaya ABC
dapat dinyatakan sebagai berikut:
|
Laba operasi, seperti
sebelumnya, adalah total pendapatan dikurangi total biaya.Hal ini dinyatakan
sebagai berikut:
|
Menggunakan pendekatan
margin kontribusi untuk menghitung titik impas dalam unit. Pada impas, laba
operasi adalah nol, dan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas
adalah sebagai berikut:
|
a)
Contoh Perbandingan Penggunaan Analisis CVP dan Analisis ABC
Diasumsikan bahwa suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus
dijual untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000. Analisis ini
didasarkan pada data berikut:
Penggerak
|
Biaya variable per unit ($)
|
Tingkat aktivitas
|
Unit terjual
Pengaturan
Jam rekayasa
|
10
1.000
30
|
-
20
1.000
|
Data lainnya:
Total biaya tetap (konvensional)
Total biaya tetap (ABC)
|
|
$100.000
50.000
|
Harga jual per unit
|
|
50
|
Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah yang harus terjual untuk
menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut:
Jumlah unit = (Target laba + Biaya)/(Harga-Biaya
variabel per unit)
= ($20.000 + $100.000)/($20-$10)
= $120.000/$10
= 12.000
Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus
terjual untuk menghasilkan laba operasi sebesar $20.000 dihitung sebagai
berikut:
Jumlah unit = [$20.000 + $50.000 + ($1.000x20) +
($30x1.000)]/($20-$10)
= 12.000 unit
Implikasi Strategis:
Analisis CVP Konvensional Versus Analisis ABC
Misalkan bahwa setelah dilakukan analisis CVP konvensional, departemen
pemasaran menyarankan bahwa penjualan 12.000 unit mustahil dicapai.Hanya 10.000
unit yang mungkin dapat terjual. Presiden direktur perusahaan kemudian
memerintahkan para insinyur perancang produk mencari suatu cara mengurangi
biaya pembuatan produk. Para insinyur juga diminta untuk mempertahankan
persamaan biaya konvensional, yaitu biaya tetap sebesar $100.000 dan biaya variabel $10. Biaya
variabel per unit sebesar $10 terdiri atas tenaga langsung, $4 ;
bahan baku langsung, $5 ; dan overhead variabel , $1.
Guna memenuhi permintaan untuk mengurangi titik impas,departemen teknik
memproduksi suatu rancangan baru yang membutuhkan lebih sedikit tenaga
kerja.Rancangan baru tersebut mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar $2
per unit.Dengan demikian,biaya variabel yang baru adalah $8 per unit dan titik
impas adalah sebagai berikut:
Jumlah unit = biaya tetap : (harga – biaya
variable per unit )
= $ 100.000 : ($ 20 - $ 8)
= 8.333 unit
Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sbb :
Penjualan ($20 x
10.000) $ 200.000
Dikurangi : beban variabel ($8 x
10.000) 80.000
Margin
kontribusi $
120.000
Dikurangi : beban
tetap 100.000
Laba
operasi $ 20.000
Satu
tahun kemudian, Presiden Direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang
diharapkan tidak terjadi.Sebaliknya,perusahaan mengalami
kerugian,mengapa?Jawabannya di berikan oleh pendekatan ABC pada analysis CVP.
Hubungan biaya ABC awal pada contoh tersebut adalah sebagai berikut:
Total biaya = $ 50.000 + ($ 10 x unit ) + ( $ 1000 x pengaturan) + ($ 30.000
x jam rekayasa)
Misalkan bahwa rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih
rumit, sehingga meningkatkan biaya per pengaturan dari $ 1000 menjadi $
1600.Juga misalkan bahwa rancangan baru itu, karena peningkatan kandungan
teknis, membutuhkan dukungan teknik tambahan sebesar 40 persen (dari 1000 jam
menjadi 1400 jam).
Persamaan biaya yang baru, termasuk pengurangan biaya variabel tingkat
unit, adalah :Total biaya = $ 50.000 + ($ 8 x unit) + ($ 1600 x
pengaturan) + ($ 30 x jam rekayasa)
Titik impas, dengan laba
operasi nol dan menggunaan persamaan ABC, dihitung:
(anggap bahwa 20
pengaturan masih di lakukan)
Jumlah
unit = [ ( $ 50.00 + ($ 1600 x 20 ) + ( $ 30.000 x 1400 ) ] : ($ 20 - $ 8)
=
$ 124.000 : $ 12
=
10.333 unit.
Dan laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sbb :
(inget kembali bahwa jumlah maksimal yang dapat terjual adalah $ 10.000)
Penjualan ($ 20 x
10.000) $
200.000
Dikurangi: beban variabel berdasarkan unit ($8 x
10.000) 80.000
Margin
kontribusi $120.000
Dikurangi: beban variabel berdasarkan non
unit:
Pengaturan ($1600 x
20) $ 32.000 Dukungan
teknik ($ 30 x
1400) 42.000
74.000
Margin yang dapat di
telusuri $
46.000
Dikurangi: beban
tetap 50.000
(rugi)
operasional $
(4000)
Analisis CVP dan JIT
Variabel tingkat batch menjadi
hilang (pada sistim JIT batch-nya adalah satu unit).Dengan demikian, persamaan
biaya pada JIT dapat dinyatakan sbb :
|
Oleh karena aplikasi JIT merupakan kasus
khusus dari persamaan ABC, maka tidak ada contoh yang akan diberikan.
Sumber Refrensi :
Guan.Limimg.
Hansen. Don R., and Mowen, Maryanne M., 2009. Cost Management. 6thedition.
South-Western Chengage Learning (HM)
Kasus17-19
PerubahanTitikImpasdenganPerubahanHarga
Unit
Plata
memproduksidanmenjualtempatpenyimpananplastik. Padatahunlalu, Plata
menjualsebanyak125.000 unit. Laporanlabarugiuntuk Perusahaan Plata
untuktahunlaludisajikanberikutini:
Penjualan $625.000
Dikurangi:
BiayaVariabel $343.750
Margin
Kontribusi $281.250
Dikurangi:
BiayaTetap $180.000
LabaOperasi $101.250
Pembahasan:
1.
Kontribusi margin per unit = $281.250 : 125.000 unit = $2,25 per
unit
Kontribusi
margin rasio = $281.250 :
$625.000 = 0,45
TitikImpasdalam
unit = Biayatetap :
Margin Kontribusi per unit
=
$180.000 : $2,25
=
80.000 unit
TitikImpasdalampenjualan = Biayatetap : Rasio Margin
Kontribusi
=
$180.000 : 0,45
=
$400.000
Berdasarkanperhitungan
di atas, disimpulkanbahwauntukmencapaititikimpas, Perusahaan Plata harus menjua
tempat penyimpanan plastic sejumlah 80.000 unit dengan total harga $400.000.
Margin pengamandalam unit = 125.000 unit – 80.000 unit = 45.000 unit
Margin pengamandalamdolar = 45.000 unit x ($625.000 :
125.000 unit)
=
$225.000
2.
Harga jual per unit awaladalah $5 per
unit ($625.000 : 125.000 unit), dan diasumsikan meningkat sejumlah 10 persen,
sehingga menjadi $5,5 per unit (5+ ($5 x 10%)).
Titik
Impas dalam unit = Biaya tetap
: Margin Kontribusi per unit
=
$180.000 : ($5,5 - $2,75)
=
$180.000 : $2,75
=
65.454 unit
Titik
Impas dalam penjualan = Biaya tetap
: Rasio Margin Kontribusi
=
$180.000 : ($2,75 : $5,5)
=
$180.000 : 0,50
=
$360.000
Jadi dengan adanya peningkatan harga
jual sebesar 10 persen, maka titik impas yang harus dicapai oleh perusahaan akan
menurun. Untuk mencapai titik impas, perusahaan Plata harus menjual tempat penyimpanan
plastic sejumlah 65.454 unit dengan total harga $360.000.
3.
Biaya variabel per unit awaladalah $2,75
per unit ($343.750 : 125.000 unit), dan diasumsikan meningka tsejumlah $0,35,
sehingga menjadi $3,1 per unit.
Titik
Impas dalam unit = Biaya tetap
: margin kontribusi per unit
=
$180.000 : ($5,0 - $3,1)
=
$180.000 : $1,9
=
94.737 unit
Titik
Impas dalam penjualan = Biaya tetap
: Rasio margin kontribusi
=
$180.000 : ($1,9 - $5,0)
=
$180,000 : 0,38**
=
$473,684
Jadi dengan adanya peningkatan
biaya variabel per unit sebesar $0,35, maka titik impas yang harus dicapai oleh
perusahaan akan meningkat. Untuk mencapai titik impas, perusahaan Plata harus menjual
tempat penyimpanan plastic sejumlah 94.737 unit dengan total harga $473.684.
4.
Untuk memprediksi kenaikan atau penurunan
titik impas dapat dilakukan dengan menghitung peningkatan harga jual dan biaya variabel
per unit. Apabila harga jual dan biaya variable per unit meningkat, maka terlebih
dahulu margin kontribusi sebelum dan sesudah perubahan harga dan biaya variable
harus diketahui, sehingga kita dapat mengetahui pengaruhnya terhadap titik impas.
Berikut ini disajikan perubahan pada titik
impas disesuaikan dengan perubahan yang terjadi pada soal 1 dan 2:
Hargajual
per unit $5,5
Dikurangi:
BiayaVariabel per unit $3,1
Margin
Kontribusi per unit $2,4
Titik
Impas dalam unit = Biaya tetap
: Margin Kontribusi per unit
=
$180.000 : $2,4
=
75.000 unit
Titik
Impas dalam penjualan = Biaya tetap
: Rasio Margin Kontribusi
=
$180.000 : ($2,4 : $5,5)
= $180.000 : 0,436
=
$412.844
Jadi untuk mencapai titik impas, Perusahaan Plata
harus menjual tempat penyimpanan plastic sejumlah 75.000 unit dengan total
harga $412.844.
5.
Biaya tetap awal adalah $180.000 dan diasumsikan
meningkat sejumlah $50.000 sehingga menjadi $230.000. (Data lainnya tetap sesuai
dengan data awal).
Titik
Impas dalam unit = Biaya tetap
: Margin Kontribusi per unit
=
$230.000 : $2,25
=
102.222 unit
Titik
Impas dalam penjualan = Biaya tetap
: Rasio Margin Kontribusi
=
$230,000 : 0,45
=
$511.111
Jadi dengan adanya peningkatan biaya
tetap sebesar $50.000, maka titik impas yang harus dicapai oleh perusahaan akan
meningkat. Untuk mencapai titik impas, perusahaan Plata harus menjual tempat penyimpanan
plastic sejumlah 102.222 unit dengan total harga $511,111.
RIVIEW JURNAL NASIONAL
ANALISIS
COST-VOLUME-PROFIT (CVP) DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PERENCANAAN
LABA PADA PT. TROPICA COCOPRIMA
Oleh:
Rina
Lidia Assa
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas
Sam Ratulangi Manado
Abstrak
Perencanaan laba
berisi langkah-langkah yang
akan ditempuh perusahaan
untuk mencapai besarnya
target laba yang diinginkan. Analisis
yang cukup tepat untuk memahami
hubungan timbal balik antara biaya,
volume, dan laba adalah analisis Cost-Volume-Profit (CVP). Adapun tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis
cost-volume-profit dalam pengambilan keputusan perencanaan laba. Dalam
penelitian ini, digunakan metode deskriptif karena data yang digunakan berupa
data biaya tetap dan biaya variabel yang diperoleh dari laporan laba rugi PT.
Tropica Cocoprima tahun 2010 dan 2011. Penelitian ini dilakukan di PT. Tropica Cocoprima yang beralamat
di Jl. Balai Kota 12 Manado. Hasil penelitian
ini yaitu perubahan harga
jual, biaya variabel
dan biaya tetap
dapat mempengaruhi laba
yang akan dicapai
oleh perusahaan. PT. Tropica
Cocoprima diharapkan mampu
menerapkan analisis cost-volume-profit dalam pengambilan keputusan
perencanaan laba dapat
diketahui volume penjualan
minimum sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dan
analisis ini dapat memberikan informasi mengenai penjualan yang harus dicapai
agar target laba tercapai.
Isi Jurnal
Manajemen dalam
pengambilan keputusan memerlukan
suatu pedoman berupa
perencaanaan yang berisikan langkah-langkah yang
akan ditempuh oleh
perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Tujuan dari perusahaan adalah
untuk memperoleh laba yang
optimal sehingga salah
satu perencanaan yang
dibuat pihak manajemen adalah
perencanaan laba. Perencanaan
laba berisikan langkah-langkah yang
akan ditempuh perusahaan untuk
mencapai besarnya target
laba yang diinginkan,
karena laba merupakan
selisih antara pendapatan yang
diterima (dari hasil
penjualan) dengan biaya
yang dikeluarkan, maka
perencanaan laba dipengaruhi oleh
perencanaan penjualan dan
perencanaan biaya. Analisis yang
cukup tepat untuk memahami hubungan timbal
balik antara biaya,
volume, dan laba
adalah analisis Cost-Volume-Profit (CVP).
Analisis tersebut dapat dipakai oleh manajemen sebagai suatu teknik
perencanaan, pengendalian, pengambilan keputusan pada kegiatan perusahaan dalam
mencapai laba, dan menghadapi perubahan yang mungkin terjadi atas volume
penjualan, harga jual
dan biaya yang
dikeluarkan. Setelah menetapkan harga
jual, volume yang
dijual serta
pengklasifikasian biaya, maka analisis Cost-Volume-Profit dapat
dilaksanakan dengan
menggunakan elemen-elemen analisis.
Dalam
penelitian sebelumnya, penelitian mengenai analisis cost-volume-profit dalam
perencanaan laba untuk pengambilan keputusan pada Sutanraja
Hotel, Convention and
Recreation Minahasa Utara, yang
pernah dilakukan oleh
Karundeng (2012). Tujuannya adalah
untuk menganalisis perencanaan
laba dengan menggunakan
analisis CVP dalam pengambilan keputusan
pada Sutanraja Hotel,
Convention and Recreation
Minahasa Utara, dengan menggunakan metode
penelitian yaitu elemen-elemen
analisis CVP dan
analisis time seriesforecting. Hasil penelitiannya yaitu
jumlah penjualan keseluruhan
dan penjualan kamar
yang terjadi selama
tahun 2011 telah melibihi target
laba 40% sedangkan pada tahun 2012 belum mencapai penjualan minimum. Persamaan dengan penelitian sebelumnya
adalah sama-sama menggunakan elemen-elemen
analisis CVP dan analisis target
laba, sedangkan perbedaannya yaitu peneliti sebelumnya tidak menggunakan
analisis sensitivitas dan dilakukan pada perusahaan jasa/hotel, dilakukan dalam
rentang waktu 3 tahun sedangkan peneliti hanya 2 tahun.
Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan
jenis penelitian metode deskriptif.Tipe yang paling umum dari penelitian
deskriptif ini meliputi
penilaian sikap atau
pendapat terhadap individu,
organisasi, keadaan, ataupun prosedur.Dalam hal
ini tipe yang
digunakan adalah prosedur,
dimana penulis melihat
bagaimana analisis
cost-volume-profit dalam pengambilan
keputusan perencanaan laba
jangka pendek pada
PT. Tropica Cocoprima.Data yang digunakan oleh penulis berupa data
biaya tetap dan biaya variabel
yang diperoleh dari laporan rugi laba PT. Tropica Cocoprima tahun 2010
dan 2011.Tempat penelitian dilakukan pada PT. TropicaCocoprima, yang berlokasi
di Jln. Trans Sulawesi Desa Lelema.Waktu penelitian dimulai dari bulan April
2013. Namun PT. Tropica Cocoprima juga memiliki kantor yang berada di jln.
Balai Kota No 12.
Jenis
data yang digunakan adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data
yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan biaya
variabel dan biaya tetap yang diperoleh dari laporan rugi laba tahun 2010 dan
tahun 2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian langsung dna dokumentasi.
Kesimpulan
Hasil
penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam pengambilan
keputusan perencanaan laba
perusahaan yang efektif, yaitu suatu
pencapaian tujuan perusahaan secara
tepat dalam menentukan pilihan
dari beberapa pilihan
lainnya, dengan menggunakan cost-volume-profit perusahaan dapat memperkirakan dampak
perubahan-perubahan biaya, volume,
harga jual terhadap laba.
2. Perusahaan dapat
memilih berbagai macam
alternatif tindakan dalam
mengambil keputusan dalam pencapaian laba
dimasa yang akan
datang. Perubahan harga
jual, biaya variabel
dan biaya tetap
dapat mempengaruhi laba yang akan dicapai oleh perusahaan.
Saran
Saran
yang dapat penulis berikan sebagai berikut:
1. PT.
Tropica Cocoprima diharapakan mampu
menerapkan analisis cost-volume-profit dalam
pengambilan keputusan
perencanaan laba diamana
dapat diketahui volume
penjualan minimum sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian
dan analisis ini
dapat memberikan informasi
mengenai penjualan yang
harus dicapai agar target laba tercapai.
2. Perusahaan dapat menggunakan analisis
cost-volume-profit untuk
memperkirakan dampak dari
berbagai alternatif keputusan dan lebih memperhatikan untuk lebih
menekan biaya variabel untuk melakukan proses produksi agar dapat menekan harga
jual yang berdampak pada laba yang didapat. Harga jual yang mudah dijangkau
dapat meningkatkan volume penjualan.
Review Jurnal Internasional
The Effect of Using
Break-Even-Point in Planning, Controlling, and Decision Making in the
Industrial Jordanian Companies
Dr. Nabil Alnasser, Dr. Osama
Samih Shaba , Dr. Ziad Al-Zubi
|
Al-Zaytoonah University of Jordan, Accounting
Department, Amman, Jordan
|
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan titik impas dalam
perencanaan, pengendalian, dan dalam proses pengambilan keputusan, di
perusahaan industri Yordania. Penelitian ini menjelaskan pada realitas
penggunaan titik impas dalam perencanaan, pengendalian dan pengambilan
keputusan di perusahaan industri di Yordania. Sampel penelitian penelitian
dibentuk dari 54 karyawan di departemen akuntansi di perusahaan industri
Yordania. Studi ini menemukan bahwa, sebagian besar perusahaan industri
Yordania menggunakan break-even point dalam perencanaan, pengendalian dan
pengambilan keputusan, dan ada hubungan yang signifikan secara statistik antara
penggunaan titik impas dan perencanaan yang sukses, pengendalian dan
pengambilan keputusan dalam perusahaan industri Yordania. Studi ini telah
merekomendasikan bahwa, perusahaan harus menggunakan impas menunjuk alat
sebagai sekuat-kuatnya dari pengambilan keputusan dan perencanaan pengawasan
karena dampaknya, efisiensi dan akurasi dalam keputusan rasionalisasi dan
kontrol.
Isi Jurnal
ü Pendahuluan
Informasi
keuangan memiliki peran penting dalam menjalankan sebuah bisnis hari ini. Jika
tiga M (Man, Money, dan Material) adalah sumber daya bisnis ekonomi tradisional
utama, maka informasi tidak pernah kurang penting dibandingkan sumber daya
tersebut. Kita dapat mengatakan informasi adalah sumber daya bisnis ekonomi keempat.
analisis pasar misalnya, dianggap sekarang sebagai salah satu metode utama
memiliki informasi berharga yang dapat membantu manajemen dalam perencanaan,
dan pengambilan keputusan yang efektif.
Pengambilan
keputusan mendasari pembagian dua kali lipat biasa ditemui dari proses
manajemen; perencanaan dan pengendalian. Perencanaan berarti memutuskan tujuan
dan cara-cara untuk mencapai mereka, di mana mengendalikan pelaksanaan sarana
rencana dan penggunaan umpan balik sehingga tujuan secara optimal tercapai (Jarum,
Powers, Mills, & Anderson, 1999)
Akuntansi
manajemen memiliki banyak beberapa kegunaan dalam bidang perencanaan,
pengendalian, pengambilan keputusan dan biaya-volume analisis keuntungan. Break
Even Point adalah salah satu alat utama dari analisis keuntungan biaya-volume
(CVP). Break Even Point adalah bukan target akhir dengan sendirinya, tetapi itu
adalah salah satu alat penting yang digunakan untuk mengukur profitabilitas
perusahaan. Break Even Point dapat didefinisikan sebagai titik di mana total pendapatan
sama dengan jumlah variabel dan biaya tetap (Garrison, 2012) Hubungan antara
pendapatan, biaya, dan laba bersih disebut analisis CVP. jenis analisis ini
penting untuk pihak internal dan pihak eksternal. pihak internal atau manajemen
menggunakan jenis analisis untuk merencanakan jumlah laba yang diperlukan dalam
jangka waktu tertentu (Target Penjualan), atau kuantitas produksi perusahaan
harus menghasilkan di masa depan. pihak eksternal, seperti komisi bursa efek
mengharuskan manajemen untuk memasukkan beberapa analisis keuangan dan diskusi
tentang operasi di laporan tahunan (Horngren, Datar, Rajan 2014)
ü Metodologi
Data
primer yang dibutuhkan untuk tujuan penelitian dikumpulkan melalui survei yang
dilakukan di kalangan Berbeda perusahaan Yordania industri. Kuesioner telah
dirancang untuk tujuan ini, dan itu didistribusikan secara acak kepada karyawan
mengambil bagian dalam tindakan dan kegiatan melaksanakan bisnis di perusahaan
mereka pada bulan Februari 2014, dan untuk tingkat manajemen yang berbeda.
Jumlah kuesioner yang dianalisa adalah (48) kuesioner yang valid. Data resolusi
dianalisis menggunakan program statistik SSPS.
Data
kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, di mana karyawan diminta
untuk menyatakan kemungkinan (pada skala 5-point: [5] sangat setuju; [4]
setuju; [3] netral; [2] tidak setuju; [1] sangat tidak setuju), 70 eksemplar
kuesioner yang disampaikan oleh tangan pada responden, 54 eksemplar kembali
(persentase 77%); dari 54 salinan ini 48 eksemplar (69%) yang berlaku untuk
analisis.
Data
yang lainnya dikumpulkan dari sumber sekunder. Data sekunder dikumpulkan dari
artikel yang diterbitkan oleh terkenal majalah, buku, dan disertasi.
ü Hipotesis
H0:
The perusahaan Yordania tidak menggunakan Break Even Point dalam perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Hipotesis
utama ini dapat dibagi ke dalam sub-hipotesis berikut :
1. Tidak
ada hubungan statistik yang signifikan antara Break Even Point dan perencanaan
dalam perusahaan Industri Yordania.
2. Tidak
ada hubungan statistik yang signifikan antara Break Even Point dan pengendalian
di perusahaan Industri Yordania.
3. Tidak
ada hubungan statistik yang signifikan antara Break Even Point dan pengambilan
keputusan dalam perusahaan Industri Yordania
ü Hasil
Penelitian
Dapat
dilihat bahwa tingkat signifikansi adalah (0,002), ini berarti lebih rendah
dibanding nilai alpha yaitu 0,05,ini berarti menolak hipotesis H0, yang berarti
bahwa, perusahaan Yordania menggunakan Break Even Point dalam perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Dapat
dilihat bahwa tingkat signifikansi adalah (0,043), ini berarti lebih rendah
dibanding nilai alpha yaitu 0,05, jadi ada hubungan statistik yang signifikan
antara Break Even Point dan perencanaan dalam perusahaan Industri Yordania.
Dapat
dilihat bahwa tingkat signifikansi adalah (0,000), ini berarti lebih rendah
dibanding nilai alpha yaitu 0,05, jadi kita menolak hipotesis H0, yang berarti
bahwa, ada hubungan statistik yang signifikan antara Break Even Point dan
pengendalian di perusahaan Industri Yordania.
Dapat
dilihat bahwa tingkat signifikansi adalah (0,006), ini berarti lebih rendah
dibanding nilai alpha yaitu 0,05, jadi kita menolak hipotesis H0, yang berarti
bahwa, ada hubungan statistik yang signifikan antara Break Even Point dan
pengambilan keputusan dalam perusahaan Industri Yordania.
Kesimpulan
Perusahaan
Industri Yordania menggunakan Break Even Point dalam perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan. Perusahaan-perusahaan juga melakukan analisis BEP
dalam proses perencanaan untuk akuisisi Sumber Daya Manusia, juga dalam proses
perencanaan untuk pengeluaran, Produksi, dan dalam mengevaluasi kinerja audit.
Perusahaan industri Yordania yang melakukan terobosan analisis Even Point dalam
memutuskan antara alternatif, membuat keputusan jangka panjang dan jangka
pendek. Hasil juga menunjukkan bahwa, perusahaan-perusahaan ini menggunakan
analisis BEP dalam mengendalikan rekening dan menghilangkan manipulasi.
Saran
Menurut
kesimpulan studi para peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1.
Perusahaan industri Yordania juga harus
melakukan analisis pasar selain analisis BEP, sehingga memiliki informasi
tambahan yang berguna dalam pengambilan keputusan.
2.
Perusahaan harus memperpanjang
pengetahuan hasil BEP dan penggunaannya kepada karyawan dalam jangkauan yang
lebih luas untuk memiliki manfaat maksimal dari itu.
Untuk menggeneralisasi hasil penelitian untuk
semua jenis perusahaan.
Komentar
Posting Komentar