AKUNTANSI SOSIAL
A. Pendahuluan
Akuntansi Sosial sering juga disebut Akuntansi Lingkungan
ataupun Akuntansi Sosial Ekonomi, oleh Belkoui (2000), yang diterjemahkan
Ramanathan, didefinisikan sebagai proses seleksi variabel-variabel kinerja
sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran; yang secara
sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja
sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok
sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Sedangkan menurut Haniffa (2002), Akuntansi sosial
mengidentifikasi, menilai dan mengukur aspek penting dari kegiatan sosial
ekonomi perusahaan dan negara dalam memelihara kualitas hidup masyarakat sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkannya.
Menurut Sahid (2002), ada beberapa pengertian akuntansi
lingkungan atau akuntansi sosial, ada pengertian yang luas dan ada pula
pengertian yang sempit. Dalam pengertian yang luas dalam himpunan istilah
lingkungan untuk manajemen (Handry Satriago), akuntansi lingkungan merupakan
proses akunting yang:
1) Mengenali, mencari, dan kemudian
mengurangi efek-efek lingkungan negatif dari pelaksanaan praktik laporan yang
konvensional;
2) Mengenali secara terpisah
biaya-biaya dan penghasilan yang berhubungan dengan lingkungan dalam sistem
laporan yang konvensional;
3) Mengambil langkah-langkah aktif
untuk menyusun inisiatif-inisiatif untuk memperbaiki efek-efek lingkungan yang
timbul dari praktik-praktik pelaporan konvensional;
4) Merencanakan bentuk-bentuk baru
sistem laporan finansial dan non finansial, sistem informasi dan sistem
pengawasan untuk lebih mendukung keputusan manajemen yang secara lingkungan
tidak berbahaya;
5) Mengembangkan bentuk-bentuk baru
dalam pengukuran kinerja, pelaporan, dan penilaian untuk tujuan internal dan
eksternal;
6) Mengenali, menguji, mencari dan
memperbaiki area-area dimana kriteria finansial konvensional dan kriteria
lingkungan bertentangan;
7) Mencoba cara-cara dimana sistem
berkelanjutan dapat dinilai dan digabungkan menjadi kebiasaan yang berhubungan
dengan organisasi.
Dalam pengertian sempit, sebagaimana dikemukakan dalam
Natural Resource Accounting, salah satu dokumen INTOSAI Working Group on
Environtmental Auditing menyatakan bahwa “akuntansi lingkungan sebagai
kompilasi data lingkungan dalam kerangka kerja akuntansi” (Sahid, 2002).
Jadi secara umum akuntansi sosial didefinisikan sebagai
penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial
dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan.
Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat bahwa
akuntansi sosial memberikan gambaran mengenai interaksi dari aktivitas
perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. Akuntansi sosial juga memberikan
informasi yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja sosial
dari perusahaan.
B.
Latar Belakang Sejarah
Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan
pengukuran manfaat sosial dan biaya sosial konsep yang biasanya di abaikan oleh
para akuntan tradisional. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang
harus mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa
lalu.
Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan
manajerial) menggunakan teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus
dimasukkan atau dikeluarkan dari perhitungan akuntansi.
Dengan menetapkan undang-undang dibidang ini, pemerintah
memaksa individu dan para pelaku bisnis untuk menjadi lebih responsif terhadap
kebutuhan sosial. Walaupun pelaksanaan undang-undang ini cenderung lemah, fakta
bahwa undang-undang tersebut ada dan mengenakan sanksi mendorong kepatuhan.
Secara bertahap, undang-undang tersebut telah membawa dampak positif. Terdapat
banyak perusahaan yang peka akan lingkungan. Hal ini tampak dari munculnya
akun-akun yang terkait dengan kegiatan sosial pada laporan-laporan keuangannya.
C.
Permasalahan Sosial Indonesia
Jika dilihat dari kondisi Indonesia pada saat ini, krisis
yang berkepanjangan telah menempatkan bangsa ini pada krisis multi dimensi yang
mencakup hampir seluruh aspek kehidupan. Jika dilihat secara lebih seksama dari
sudut pandang aspek ekonomi, sendi-sendi perekonomian (investasi, produksi, dan
distribusi) lumpuh sehingga menimbulkan kebangkrutan dunia usaha, meningkatnya
jumlah pengangguran, menurunnya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat,
dan pada akhirnya bermuara pada meningkatnya angka jumlah penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan.
Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia mengakibatkan
timbulnya berbagai hal yang tidak pasti, sehingga indikator-indikator ekonomi
seperti tingkat suku bunga, laju inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, indeks
harga saham gabungan, dan sebagainya sangat rentan terhadap masalah-masalah
sosial. Hal ini membuktikan bahwa aspek sosial dan aspek politik dapat
mengundang dua sentiment pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi. Kondisi
seperti ini tentunya berdampak sangat buruk
bagi peta bisnis dan iklim investasi di indonesia, terutama untuk
mendapatkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di indonesia.
Upaya – upaya pemerintah untuk meyakinkan dunia internasional dan stablitas
sosial, politik, dan keamanan belum menunjukkan tanda- tanda yan berarti karena
tidak di dukung oleh data dan fakta yang sebenarnya. Bahkan, para investor
asing berencana untuk melakukan
realokasi bisnis dan investasinya ke negara-negara Asia tenggara lainnya
seperti Vietnam, thailand, dan kamboja yang di anggap lebih kondusi untuk
investasi.
D.
Tanggapan Perusahaan
Sebelum tahun 1960-an, beberapa perusahaan telah dianggap
sebagai “warga Negara yang baik”. Perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh
reputasi ini dengan menghasilkan produk-produk berkualitas, memperlakukan
pekerja dengan rasa hormat, memberikan kontribusi kepada komunitas, atau
membantu fakir miskin.
Dipihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industri
berperang untuk mengubah peraturan pemerintah yang baru atau mencoba untuk
menguranginya melalui ketidak patuhan. Dalam kasus ini, manajemen mungkin
merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-undang
perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak ekonomi negatif terhadap
perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi undang-undang tersebut jika tidak
sesuai dengan manfaatnya.
Tanggapan Profesi Akuntan
Walaupun para akademisi dan praktisi akuntansi telah
membahas bagamana profesi mereka dapat memberikan kontribusi pada tangung jawab
sosial perusahaan sebelum terjadinya gerakan pada tahun 1960-an. Kemajuan utama
dalam bidang ini di buat sejak akhir
tahun 1960-an dengan di berlakunya undang-undang yang menetapkan program -program
sosial pemerintah, beberapa akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya menggunakan
keahlian mereka untuk mengukur efektivitasdari program tersebut. Lebih lanjut
lagi, sesorang perlu mengukur ingkat respons perusahaan terhadap keprihatinan
yang di suarakan pada tahun 1960-an. Dengan demikian lahirlah akuntansi sosial.
Secara ringkas, literatur awal dari akuntansi sosial
menyatakan bahwa para akuntan diperlukan untuk menghasilkan data mengenai
tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada pihak-pihak lain yang berkepentingan
(selain perusahaan) yang akan tertarik dengan data-data ini.
E.
Akuntansi untuk Manfaat dan Biaya Sosial
Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari
analisis yang dilakukan oleh A.C. Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial. A.C.
Pigou adalah seorang ekonom neo klasik yang memperkenalkan pemikiran mengenai
biaya dan manfaat sosial kedalam ekonomi mikro pada tahun 1920. Titik pentingnya
adalah bahwa optimalitas Pareto (titik dalam ekonomi kesejahteraan dimana
adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa mengurangi
kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial neto
dan produk pribadi neto tidak merata.
Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal biaya.
Bagi Pigou, biaya sosial terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu
produk, tanpa mempedulikan siapa yang membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh
produsen disebut sebagai biaya pribadi. Selisih antara biaya sosial dan biaya
pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak dikompensasikan”) dan
disebabkan oleh banyak faktor.
Menurut Pigou, optimalitas Pareto hanya dapat dicapai jika
manfaat sosial marginal sama dengan biaya sosial marginal. Perbedaan antara
Pigou dengan model ekonomi tradisional- dimana pendapatan marginal setara
dengan biaya marginal berasal dari perbedaan antara manfaat sosial dan pribadi
dengan biaya sosial dan pribadi.
Dengan demikian, ketika akuntan mengukur manfaat pribadi
(pendapatan) dan biaya pribadi (beban) serta mengabaikan yang lainnya, mereka
bersikap konsisten dengan teori ekonomi tradisional. Gerakan kearah akuntansi
sosial, sebagian besar terdiri dari usaha-usaha untuk memasukkan biaya sosial
dan biaya sosial yang tidak terbagi kedalam model akuntansi.
1. Teori Akuntansi Sosial
Berdasarkan
analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial”, K.V.Ramanathan
(1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas biaya
dan manfaat sosial.
Terdapat
dua masalah utama dengan pendekatan Ramanathan. Pertama, untuk menentukan
kontribusi neto kepada masyarakat, beberapa jenis sistem nilai harus
ditentukan. Bagaimana entitas tersebut menentukan apa yang merupakan kontribusi
atau apa yang merupakan kerugian bagi masyarakat?. Beberapa kerugian seperti
polusi secara universal dibenci dan memasukkannya dalam suatu laporan akuntansi
dan dibenarkan dengan relatif mudah.
Masalah
utama kedua berkaitan dengan pengukuran. Adalah teramat sulit untuk
menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan kontribusi neto
kepada masyarakat.
2. Pengukuran
Salah
satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan
dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga
langkah, yaitu :
1)
Menentukan apa yang menyusun biaya
dan manfaat sosial.
2)
Mencoba untuk menguantifikasi
seluruh pos yang relevan.
3)
Menempatkan nilai moneter pada
jumlah akhir.
3. Menetukan Biaya dan Manfaat Sosial
Cara lain untuk mengidentifikasi asal dari biaya dan manfaat
sosial adalah dengan memeriksa proses distribusi dan produksi perusahaan
individual guna mengidentifikassi bagaimana kerugian dan kontribusi serta
menentukan bagaimana hal itu terjadi. Jika satu bagian dari proses produksidan
distribusi diperiksa – mungkin ditemukan produk sampingan yang negative
diciptakan bersama-sama dengan produk yang berguna.
4. Kuantifikasi terhadap Biaya dan
Manfaat
Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial
ditentukan dari kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka
dampak pada manusia dapat dihitung. Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan
informasi mengenai variabel-variabel utama, yaitu waktu dan dampak.
1) Waktu
Beberapa
peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu beberapa tahun untuk
menimbulkan suatu akibat. Dalam hal pengukuran, adalah penting untuk menentukan
lamanya waktu tersebut. dampak jangka panjang sebaiknya diberikan bobot yang
berbeda dengan dampak jangka pendek.
2) Dampak
Orang-orang
dapat dipengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial oleh berbagai
kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut adalah perlu untuk
mengidentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan menguantifikasikannya.
Biaya-biaya tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi, fisik, psikologis, atau sosial.
1) Kerugian ekonomi
Biaya-biaya
ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi,
hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh pekerja.
Jelaslah, perhitungan ganda atas hilangnya pendapatan dan produktivitas harus
duhindari.
2) Kerugian fisik
Menghitung
nilai dari kehidupan atau kesehatan manusia adalah hal yang sulit untuk dilakukan,
tetapi seringkali dicoba dalam analisis biaya-manfaat yang tradisional.
Kerugian-kerugian
ini juga sulit untuk dikuantifikasi dan harus didiskontokan pada tingkat bunga
yang sesuai.
4) Kerugian sosial
Dalam
keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit
tersebut. keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma sehingga terjadi
perpecahan. Nilai sekarang dari seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus
dihitung.
F.
Pelaporan Kinerja Sosial
Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh
dikembangkan dan terdapat masalah pengukuran yang serius mengenai biaya dan
manfaat. Meskipun demikian, sejumlah penulis telah menyarankan agar perusahaan
melaporkan kinerja akuntansi sosialnya baik secara internal maupun secara
eksternal. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi :
1.
Audit Sosial
Audit sosial yaitu
mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari
program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang mengikuti
peraturan. Mulanya, manajer perusahaan diminta membuat daftar aktivitas dengan
konsekuensi sosial. Setelah daftar tersebut dihasilkan, auditor sosial kemudian
menilai dan mengukur dampak-dampak dari kegiatan sosial perusahaan. Audit
sosial dilaksanakan secara rutin oleh kelompok konsultan internal maupun
eksternal, sebagai bagian dari pemeriksaan internal biasa, sehingga manajer
mengetahui konsekuensi sosial dari tindakan mereka.
2. Laporan-laporan Sosial
Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan
hubungan perusahaan dengan komunitasnya, dikembangkan
salah satunya oleh David Linowes. Ia membagi laporannya dalam tiga kategori:
hubungan dengan manusia, hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan
produk. Pada setiap kategori, ia membuat daftar mengenai konstribusi sukarela
perusahaan dan kemudian mengurangkannya dengan kerugian yang disebabkan oleh
aktivitas perusahaan itu. Linowes memoneterisasi segala sesuatunya dalam
laporan tersebut, sampai pada saldo akhir, yang disebutnya sebagai tindakan
sosio-ekonomi netto untuk tahun tersebut. Dalam laporan Linowes, seluruh
kontribusi dan kerugian harus dihitung secara moneter. Selain Linowes, Ralph
Estes juga mengembangkan suatu model pelaporan mengenai manfaat dan biaya
sosial. Ia menghitung manfaat sosial sebagai seluruh kontribusi kepada
masyarakat yang berasal dari operasi perusahaan (misalnya, lapangan kerja yang
disediakan, sumbangan, pajak, perbaikan lingkungan). Sedangkan biaya sosial,
meliputi seluruh biaya operasi perusahaan (bahan baku yang dibeli, utang
kerusakan lingkungan, luka-luka dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan).
Manfaat sosial dikurangkan dengan biaya social untuk memperoleh manfaat atau
biaya netto.
3.
Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Beberapa perusahaan menerbitkan laporan
tahunan kepada pemegang saham disertai beberapa informasi sosial yang
dilakukan. Namun, melalui informasi yang dicantumkan dalam laporan tahunan
tersebut, belum dapat dinilai kinerja sosial perusahaan secara komprehensif,
karena kebanyakan informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan bersifat
sukarela dan selektif. Dalam artian, bisa jadi perusahaan hanya menyoroti
kontribusi positifnya dan mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkan dari
aktivitas usahanya.
G.
Arah Riset
Riset dalam akuntansi sosial telah cukup ekstensif dan
berfokus pada berbagai subjek yang berkisar dari pengembangan kerangka kerja
teoritis sampai mensurvey pengguna potensial dari data akuntansi sosial bagi
investor. Studi mengenai kegunaan informasi sosial bagi investor dapat dibagi
menjadi dua bidang utama, yaitu :
1) Survey atas investor potensial.
2) Pengujian empiris terhadap dampak
pasar dari pengungkapan akuntansi sosial.
Studi mengenai reaksi pasar modal terhadap pengungkapan
informasi sosial menyarankan agar investor menyesuaikan perkiraan mereka
terhadap pengungkapan informasi akuntansi sosial. Tidak terdapat kesimpulan
yang jelas dari riset mengenai hubungan antara kinerja sosial, kinerja ekonomi,
dan pengungkapan sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
Arfan Ikhsan dan Muhammad Ishak.2005.”Akuntansi
Keperilakuan”.Jakarta:Salemba Empat
http://irma-yuni.blogspot.co.id/2012/06/akuntansi-sosial.html,
diakses 12 Desember 2015.
http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/akuntansi-sosial.html,
diakses 12 Desember 2015.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:WOA1PBNVxLAJ:repository.ung.ac.id/get/simlit_res/1/277/AKUNTANSI-SOSIAL-DAN-PENGUKURAN-KINERJA-SOSIAL-Suatu-bentuk-pertanggungjawaban-sosial-perusahaan.pdf+&cd=4&hl=id&ct=clnk,
diakses 12 Desember 2015.
http://vendriandinata.blogspot.co.id/2014/05/memahami-akuntansi-sosial.html,
diakses 12 Desember 2015.
http://adollism091.blogspot.co.id/2009/03/sistem-baru-dalam-akuntansi.html,
diakses 13 Desember 2015.
Komentar
Posting Komentar