FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ERC



Earnings Response Coefficient (ERC) adalah model penilaian yang dapat digunakan untuk mengindikasikan kemungkinan naik turunnya harga saham atas reaksi pasar terhadap informasi laba perusahaan. Menurut Chaney dan Jeter (1991), salah satu pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur reaksi pemodal atau respon harga saham terhadap informasi laba akuntansi adalah Earnings Response Coefficient. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ERC yaitu :
1.      Persistensi Laba
Manfaat pelaporan laba bagi investor yang biasanya digunakan untuk memprediksi laba masa yang akan datang. Agar prediksi yang diperoleh tersebut tepat, investor membutuhkan laba yang berkualitas untuk menjamin informasi laba tersebut bermanfaat. Laba yang persisten menggambarkan laba yang berkualitas yaitu perusahaan dapat mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang. Investor akan merespon perusahaan yang mampu mempertahankan laba perusahaan tersebut dari waktu ke waktu untuk memprediksi prospek perusahaan ke depannya. Kormendi dan Lipe (1987) menjelaskan bahwa semakin permanen perubahan laba Universitas Sumatera Utara dari waktu ke waktu maka semakin tinggi ERC, hal tersebut menunjukkan terjadi peningkatan laba yang di peroleh perusahaan terus menerus. Penelitian ini menunjukkan bahwa ERC berpengaruh positif signifikan dengan persistensi laba akuntansi. Akan tetapi hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2004) yang menyatakan bahwa persistensi laba tidak berpengaruh terhadap Earnings Response Coeffisiense. 

2.      Struktur Modal
Penggunaan hutang yang besar oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya menyebabkan semakin besar pula beban bunga yang akan ditanggung perusahaan. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan dalam berinvestasi investor tidak hanya melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tetapi juga penggunaan hutang oleh perusahaan, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dan berdampak pada return yang akan diterima oleh investor. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mulyani, et.al (2007) menyatakan bahwa ERC berpengaruh signifikan terhadap  struktur modal. Akan tetapi berbeda halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Chandarin (2003) dan Jaswadi (2003) yang menyatakan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap ERC. 

3.      Risiko Sistematis
Risiko sistematis secara umum menggambarkan risiko yang berasal dari kondisi ekonomi dan kondisi pasar, dimana risiko ini tercermin dari nilai beta saham. Karena investasi memiliki ketidakpastian yang cukup tinggi, maka dari itu investor yang membeli saham pada awal periode tidak mengetahui return yang akan diperoleh pada akhir periode sehingga investor harus memprediksi return saham yang diharapkan pada akhir periode. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averse) maka selalu dihadapkan pada permasalahan apakah tingkat keuntungan yang diharapkan telah sesuai atau sebanding dengan tingkat risiko yang harus dipikulnya. Investor tidak akan berinvestasi jika investasi tersebut tidak memberi harapan pada tingkat laba yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2006), yang menyatakan bahwa risiko sistematik memberikan pengaruh positif signifikan terhadap ERC, yang artinya semakin besar risiko sistematik, maka semakin besar ERC.

4.      Kesempatan Bertumbuh
Kesempatan bertumbuh menjelaskan adanya prospek pertumbuhan perusahaan dimasa depan. Perusahaan akan berusaha meningkatkan laba karena adanya kesempatan bertumbuh. Hal ini akan menyebabkan investor akan memberi respon yang lebih besar kepada perusahaan yang mempunyai kesempatan bertumbuh atau laba yang meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani, et.al (2007), menyatakan bahwa kesempatan bertumbuh memberikan pengaruh positif signifikan terhadap Earnings Response Coefficient. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar kesempatan bertumbuh perusahaan, maka semakin tinggi kesempatan perusahaan untuk mendapatkan atau menambah laba yang diperoleh perusahaan pada masa mendatang. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2006), yang menyatakan bahwa kesempatan bertumbuh tidak berpengaruh terhadap ERC.

5.      Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan secara langsung akan mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi maupun investasi perusahaan. Investor biasanya  lebih memiliki kepercayaan pada perusahaan besar, karena perusahaan besar dianggap mampu untuk meningkatkan kinerja perusahaannya dengan berupaya meningkatkan kualitas Universitas Sumatera Utaralabanya denganmemiliki total aktiva yang besar sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Penelitian Mulyani, et.al (2006) menemukan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh positif signifikan terhadap Earnings Response Coefficient. Namun hasil yang berbeda ditemukan oleh Palupi (2006) yang menyimpulkan bahwa ukuran perusahan tidak memberikan pengaruh terhadap Earning Response Coefficient.

6.      Corporate Social Responsibility
Pengungkapan CSR menjadi salah satu informasi tambahan kepada investor selain dari yang sudah tercakup dalam laba akuntansi. Karena adanya banyak kasus lingkungan akibat aktivitas yang menggunakan sumber daya alam, menimbulkan polusi air, tanah dan udara, kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia merupakan tangung jawab perusahaan yang memproduksi barang dan jasa, dan tanggung jawab perusahaan kepada pekerja dan organisasinya (serikat pekerja). Sehingga hal tesebut menjadikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu hal penting yang diperhatikan semua pihak dan sudah banyak diterapkan sebagai bagian dari aktivitas perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2008), menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap ERC.

Daftar Pustaka

Komentar

Postingan Populer